Da’i Jasmani Dan Rohani

Dengan  penampilannya yang khas sebagai mubaligh, berperawakan tinggi, berotot kuat disertai bentuk tubuhnya yang menampakkan kejawaraannya. Nadjmuddin memang pernah menjadi guru flat. “la bekas jawara”, kata murid – murid ngajinya. Meski ia bekas jawara, tapi kesan itu semakin hilang setelah mendengarkan ceramah – ceramah Drs. H.C. Nadjmuddin H.S. nya. Dosen lulusan Universitas Medinah ini bukan sekedar memberikan bimbingan rohani atau ceramah agama, tapi juga memberikan jalan ke luar bagi yang menderita penyakit.

Pada dirinya memiliki daya untuk mengusir beberapa penyakit, namun tidak mau disebut tabib atau dukun ataupun jawara yang pandai mengobati orang sakit. “Mulanya saya kena penyakit maag dan lever yang cukup berat. Lebih kurang selama empat bulan saya hanya makan bubur sari. Dengan dokter sudah hafal, sehing ga setiap saya terlambat ke dokter, dia datang sendiri ke rumah”, ujar Nadjmuddin mengawali kisah nya. Kemudian menurutnya, sebagai umat Islam tidak boleh putus asa atas penyakit yang diderita. nya. “Suatu saat saya berjalan- jalan, meski dalam keadaan sakit.

Tiba-tiba ada orang yang menemui saya dan memberitahu cara peng obatar penyakit yang saya derita, lengkap dengan cara pembuatan- nya atau meramunya, seperti maag, tumor kangker, amandel polip, lemah syahwat/impoten, liver kuning, diabetes/gula, reu matik/encok, keputihan/pektay, ginjal/cuci darah, ambeyen (bawa zir), prostat (kandung kencing). dan paru-paru. Kalau orang ke jawen mengatakan ‘dapat wangsit”, tandasnya. Apa yang dikisahkan mubaligh Penyembuhan terhadap penyakit tidak dimonopoli oleh kalangan dokter atau tabib yang berlatar belakang pendidikan kedokteran, tapi bisa dilakukan oleh seseorang yang karena keahliannya bisa mengobati berbagai penyakit. Seperti halnya yang dimiliki oleh Drs. HC. Nadjmuddin HS. seorang mubaligh muda yang profesinya sebagai dosen di Universitas Islam Bandung (Unisba), in secara mendadak dapat mengobati dua belas macam penyakit yang dianggapnya berat. Cek juga artikel berikut ini

alumni Fakultas Syari’ h Universitas Islam Bandung ini tidaklah berlebihan, karena apa arti sema- cam wangsit atau seseorang yang memberinya petunjuk itu belum ada kesepakatan ulama. Malah bagi orang yang menganggap diri- nya anti tahayul akan memberla kukan berita tersebut hanya seba gai isyarat adanya pertolongan Allah. Lain halnya bagi orang yang gandrung tahayul, akan menganggap sebagai sesuatu yang berlebihan. Lepas dari anggapan orang yang datang kepada Ketua Pro- aram Bahasa Arab di Unisba sebagai wangsit atau bukan, yang pen- ting Pak Cecep, panggilan akrab di kampusnya, adalah dapat me- nolong orang lain. Dia bukan dok- ter, tapi dengan kepandaiannya tapi dengan kepandaiannya “Abi’ panggilan di rumahnya, dapat mengobati seorang dokter ahli sekalipun. “Saya kaget ada se orang dokter ahli penyakit itu (yang diderita ), minta pengobatan kepada saya. Ya alham dulillah dia sembuh”, ujar ayah dari empat orang anak. mnadjmuddin yang seharinya sebagai dosen, juga sering ke luar masuk kampung untuk memberikan wejangan rohani.

Sebagai mus lim, tugas-tugas kekeluargaannya tidak dikesampingkan, terbukti dengan harmonisnya kehidupan rumah tangganya. Lelaki kelahir an Sukabumi, 2 Mei 1948 ini beristrikan Djamilah, la punya cita- cita sebagaimana layaknya seorang santri. Alumni Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo itu ingin mendirikan pesantren, seperti pesantren yang pernah dimasukinya, “lengkap dengan pelajaran bahasa Arab dan Inggris sebagai percakapan sehari-harinya”, ujarnya. Dalam kesibukannya sebagai dosen dan mubaligh, sarjana Syari”ah ini meluangkan waktu pada sore dan malam hari untuk menerima pasien yang akan berobat.

“Biasanya waktu luangnya adalah setelah asar, kalau malam saya sering berceramah di luar,” kilahnya. Namun, katanya, apabila tidak bertemu dengan saya bisa memesan atau melalui istri saya (khusus bagi yang putri). Kalau bisa beberapa hari sebelumnya sudah mendaftar, karena harus sabar menunggu giliran pengobat. Keunikan dari pengobatan yang dilakukan bekas jawara ini merupakan ciri khas yang tidak dimiliki oleh para tabib maupun dukua lainnya yang sering di iklankan. Ramuannya tidak meng gunakan bahan kimia, hanya tetumbuhan atau nabati. Ila oleh besama istrinya dengan dibantu seseorang yang khusus menangani yang cukup ‘repot”.

“Makanya setelah pasien menerima pengobatan, ia harus mengganti ongkos pembuatannya, sebab bahan- bahannya pun dibeli dan ongkos pekerja tadi, baru kelebihannya untuk pesantren”, ujarnya men- jelaskan tarip pengobatannya. Dia sendiri tidak memakan dari hasil pengobatan, karena menurut Djamilah (istrinya) sudah kerju sebagai dosen Unisba. “Jadi al hamdulillah, dari hasil sebagai dosen cukup untuk kehidupan keluarga”, ujar Ny. Djamilah tadi. Caranya? Setelah pasien diobati dan sembuh, maka diharapkan.

 


Diliput di  DA’I JASMANI – ROHANI Drs. H.C. Nadjmuddin H.S.

Pengobatan Tradisional Ny. Djamilah Najmuddin
https://djamilah-najmuddin.com

Lokasi terapi baru (pindah dari Babakan Ciparay)

Jl Guntur Madu No. 3
Kel. Turangga, Kec. Lengkong, Kota Bandung

Kontak dan Janji Temu

081214408050
08157119940


0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *